1. Kementerian kesehatan (kemenkes) mengimbau
masyarakat untuk tidak terlalu khawatir akan wabah serangga Tomcat yang
belakangan meresahkan warga.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, bahwa penyakit yang disebabkan oleh
serangga Tomcat (kumbang Rove) tidak perlu dicemaskan secara berlebihan.
Karena, lanjut dia, penyakit kulit yang disebabkan serangga ini bukan lantaran gigitannya, melainkan kontak dengan racunnya.
"Jika menemukan serangga ini jangan dipencet supaya racunnya tidak kena
kulit, masukkan ke plastik dengan hati-hati dan buang ke tempat aman,"
ujar Tjandra, Selasa (20/3).
Tjandra menjelaskan serangga ang disebut juga Semut Semai ini berwarna
oranye, dan sedikit hitam di bagian perut dan kepala. Sepintas Tomcat
mirip semut, tapi jika merasa terancam ia akan menaikkan perutnya
sehingga mirip kalajengking.
Tomcat mengandung racun Paederin yang jika terkena kulit manusia akan
menyebabkan dermatititis. Gejalanya, kulit menjadi panas dan setelah 24
sampai 48 jam bagian kulit yang terkena akan menjadi kemerahan atau
timbul blister berisi air seperti luka bakar.
Lebih lanjut Tjandra menambahkan, jika terlanjur kontak dengan Tomcat,
kulit harus dicuci dengan air mengalir dan sabun dan segera diberi
cairan antiseptik dan kompres dingin untuk mencegah luka meluas.
"Bila berlanjut maka sebaiknya berobat ke fasilitas kesehatan terdekat,” jelasnya.
Untuk mencegah kumbang Rove, Tjandra menganjurkan untuk menutup pintu
dan memasang kasa pada jendela, atau tidur dengan menggunakan kelambu.
Jika terkena kulit maka jangan digosok supaya racunnya tidak menyebar.
2. "Usir kumbang tadi secara hati-hati dengan cara meniupnya atau mengusirnya dengan potongan kertas," kata Aunu.
Apabila secara tidak sengaja kumbang ini terpijit dan racunnya menempel pada kulit, segera bilas dengan air sabun beberapa kali. Begitu pula bila racunnya menempel pada baju atau seprei agar segera dicuci.
Menurut Aunu, umumnya gejala muncul 24 jam setelah kulit terkena cairan tubuh kumbang. Bila gejalanya parah segera pergi ke dokter untuk berobat.
Pada malam hari serangga yang dikenal dengan sebutan kumbang Rove ini aktif terbang dan tertarik pada cahaya lampu. Inilah sebetulnya yang sekarang terjadi di komplek apartemen di Surabaya.
Kemungkinan Menurut Aunu, ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan terjadinya ledakan (outbreak) kumbang tomcat ini, di antaranya terjadi peningkatan populasi Tomcat menjelang berakhirnya musim hujan (sebelumnya masih dalam stadia larva dan pupa).
Pada saat yang bersamaan terjadi kegiatan panen sehingga serangga ini beterbangan dan bergerak menuju ke tempat datangnya sumber cahaya di pemukiman.
"Kemungkinan pemukiman dibangun di wilayah tempat perkembangbiakan Tomcat, misalnya, di dekat persawahan atau di pinggiran dekat hutan yang lembab atau tempat berawal," ujarnya.
Pada kondisi ini, lanjut Aunu, kumbang pada malam hari akan berdatangan ke perumahan karena tertarik cahaya lampu.
Tomcat tidak menggigit atau menyengat, tapi kalau terganggu atau secara tidak sengaja terpijit akan mengeluarkan racun pederin yang bila mengenai kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melepuh seperti terbakar (dermatitis).
"Ada yang menyebutkan bahwa racun ini 15 kali lebih beracun daripada bisa kobra," katanya.
Namun Aunu mengatakan, belakangan diketahui bahwa produksi pederin dalam tubuh Tomcat tergantung pada keberadaan bakteri Pseudomonas sp yang bersimbiosis dalam tubuh Tomcat betina.
Pederin bersirkulasi dalam darah kumbang sehingga dapat terbawa sampai ke keturunannya (telur, larva, pupa dan kumbang).
Namun demikian, kumbang betina yang mengandung bakteri akan menghasilkan pederin yang lebih banyak dibandingkan kumbang yang dalam tubuhnya tidak ada bakteri simbion.
Aunu menambahkan, kumbang ini jangan dimusnahkan karena bermanfaat bagi petani. Penyemprotan di rumah juga tidak perlu dilakukan karena lebih berisiko terhadap kesehatan penghuninya.
Apabila secara tidak sengaja kumbang ini terpijit dan racunnya menempel pada kulit, segera bilas dengan air sabun beberapa kali. Begitu pula bila racunnya menempel pada baju atau seprei agar segera dicuci.
Menurut Aunu, umumnya gejala muncul 24 jam setelah kulit terkena cairan tubuh kumbang. Bila gejalanya parah segera pergi ke dokter untuk berobat.
Pada malam hari serangga yang dikenal dengan sebutan kumbang Rove ini aktif terbang dan tertarik pada cahaya lampu. Inilah sebetulnya yang sekarang terjadi di komplek apartemen di Surabaya.
Kemungkinan Menurut Aunu, ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan terjadinya ledakan (outbreak) kumbang tomcat ini, di antaranya terjadi peningkatan populasi Tomcat menjelang berakhirnya musim hujan (sebelumnya masih dalam stadia larva dan pupa).
Pada saat yang bersamaan terjadi kegiatan panen sehingga serangga ini beterbangan dan bergerak menuju ke tempat datangnya sumber cahaya di pemukiman.
"Kemungkinan pemukiman dibangun di wilayah tempat perkembangbiakan Tomcat, misalnya, di dekat persawahan atau di pinggiran dekat hutan yang lembab atau tempat berawal," ujarnya.
Pada kondisi ini, lanjut Aunu, kumbang pada malam hari akan berdatangan ke perumahan karena tertarik cahaya lampu.
Tomcat tidak menggigit atau menyengat, tapi kalau terganggu atau secara tidak sengaja terpijit akan mengeluarkan racun pederin yang bila mengenai kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melepuh seperti terbakar (dermatitis).
"Ada yang menyebutkan bahwa racun ini 15 kali lebih beracun daripada bisa kobra," katanya.
Namun Aunu mengatakan, belakangan diketahui bahwa produksi pederin dalam tubuh Tomcat tergantung pada keberadaan bakteri Pseudomonas sp yang bersimbiosis dalam tubuh Tomcat betina.
Pederin bersirkulasi dalam darah kumbang sehingga dapat terbawa sampai ke keturunannya (telur, larva, pupa dan kumbang).
Namun demikian, kumbang betina yang mengandung bakteri akan menghasilkan pederin yang lebih banyak dibandingkan kumbang yang dalam tubuhnya tidak ada bakteri simbion.
Aunu menambahkan, kumbang ini jangan dimusnahkan karena bermanfaat bagi petani. Penyemprotan di rumah juga tidak perlu dilakukan karena lebih berisiko terhadap kesehatan penghuninya.
Penulis: Antara/Ririn Indrian
0 komentar:
Posting Komentar